Satu target adalah Ayam Presto Ny Nita di kawasan jalan Juanda, Harmoni, Jakpus. Selepas magrib, meluncurlah aku dengan dua roda ke sana. Sempat bingung dengan lokasi dan nggak nemu dalam sekali perjalanan, kuputuskan untuk memutari lagi jalan yang sama. Kali ini dengan kecepatan lebih rendah dan pengamatan ekstra. Setelah hampir lima menit melaju pelan, tertambatlah mata kepada sebuah bangunan yang nampak suram karena lampunya padam. Di atas bangunan itu terpampang papan besar bertuliskan Ayam Presto Ny Nita. Ealaaah.. Warunge tutup toh? Pantesan ra ketok mau. Tanya sebentar ke tukang parkir, ternyata warung akan buka hari Rabu. OK, cari alternatif!
Lanjut jalan pelan. Nggak jauh dari situ ada warung soto yang cukup gede. Kepikiran untuk nyoba, tapi langsung digagalkan oleh pikiran berikutnya. Wong reuni kok di warung soto? Lek mengko kecepretan kuah soto, gelem awakmu?
Terus dari situ, nggak jauh ada warung spesialis penyet khas Suroboyo "Bu Wan". Ngelirik sebentar, mikir agak lama, motor kelabasan. Ternyata keputusannya adalah mampir. Alhasil terpaksa puter balik, untung nggak jauh. Parkir sebentar, langsung masuk. Enak iki nggone, lego. Hawane yo adem. Oh, ono AC-ne. Pantesan koyo nang nggunung. Liat-liat tempat duduk sebentar, langsung pilih tempat yang strategis. Syarat pertama, tempat besar dan bersih: terpenuhi.
Entah karena suasana lebaran atau karena yang lain, situasi malem itu cukup sepi. Padahal tempat ini cukup mudah dicapai. Pinggir jalan utama, deket pula dengan stasiun Juanda. Syarat kedua, akses mudah: terpenuhi. Pengunjungnya cuma enam orang, termasuk aku. Padahal nek dikira-kira, iki iso nggo sekitar wong telung puluhan. Hmmm... Nggak pake lama panggil mbak pelayan, langsung pesen menu.
Kata mbaknya,di sini yang spesial menunya penyet-penyetan dan Suroboyoan.
Sembari mbaknya nyiapin menuku, aku liat-liat dekorasi. Cukup menjawai. Selain meja dan kursi yang asli kayu (berat betul), ada juga ornamen-ornamen etnik yang ditata apik. Satu nilai lebih dari warung makan ini adalah adanya lagu keroncong yang diputar untuk menemani para tamu bersantap. Dua lagu Ismail Marzuki favoritku diputar di sini: Juwita Malam dan Sabda Alam. Oya, pelayanan di sini ramah banget lho. Mbak-nya itu sesekali ngobrol dengan bahasa Jawa ke rekan-rekannya. Dan pas tak ajak ngomong halus (ala kadarku) mereka mau nanggepin. Yo iyo lah, Man. Wong kowe lagi dadi raja nang kono. :D
Es dawet datang, kuaduk-aduk dulu supaya gula dan santennya nyampur. Kuseruput sedikit. Alamak, enak tenan! Asli nggak nyangka akan seenak ini es dawetnya. Ada harga ada rupa, kali ini berlaku buat es dawet ini. Terus nggak lama, nasi Bali-ku dateng. Porsi nasinya standar, juga jangan thewel-nya. Yang kurang mungkin potongan bandeng pedasnya. Untuk standarku, itu terlalu kecil. Ya, tapi tiap warung pasti punya itung-itungan sendiri buat "dapur"nya. :D Sambelnya juga mantap kerasa. Sampai aku harus mesen satu gelas teh manis anget buat ngobatinnya. Hahaha..
Selesai makan, aku masih duduk di situ untuk beberapa saat. Salah satu tujuannya, ya buat denger lagu-lagu keroncong tadi. Enak lho, sesekali denger lagu-lagu begini. Dan, nggak lama (nggak enak kalo lama-lama) kemudian, aku minta tagihan. Untuk tiga menu: nasi bali, es dawet, dan segelas teh hangat, berkisar empat puluh ribu rupiah. Mahal? Buatku ya, sedikit mahal. Syarat ketiga, harga bersahabat: rasanya tidak terpenuhi. Tapi dengan suasana yang ada, bagiku pribadi, rasanya itu lunas terbayarkan. :)
Yak, demikian survey kali ini. Semoga bisa ketemu di survey2 berikutnya. :)
2 comments:
berarti aku boros banget ya di sini? :(
Lha ya nggak tau aku. Boros atau enggak kan diri sendiri yang tau.. :D
Post a Comment