Generasi patrilineal sebelum ayahku yang mulai bisa kuhafal.
Kisah hidupmu tak banyak kudapat.
Hanya bisa kusimak dari sesepuh dengan khidmat.
Mereka berkata engkau adalah orang yang sangat berarti.
Perjuanganmu untuk agama dan bangsa nan tak kenal henti.
Engkau imam bagi mereka.
Satu tokoh yang juga jadi pemuka.
Panutan bagi mereka yang perlu tuntunan.
Pengampu bagi mereka yang butuh perlindungan.
Engkau adalah juga kontroversi.
Yang teguh dengan prinsip dan keyakinan diri.
Namun engkau buktikan kepada kami,
Itu semua kau lakukan dengan hati.
Mungkin kami tak bisa menjadi harapanmu.
Termasuk aku, cucu lelaki pertamamu.
Tapi kami semua mencintaimu..
Kemarin, adalah bukti betapa engkau dicintai.
Rumahmu didatangi orang sehari semalam tanpa henti.
Membuktikan kepadaku bahwa engkau adalah juga milik mereka dengan sah.
Bukan hanya kami, yang mewarisimu dalam daging dan darah.
Beberapa tokoh pemerintahan, belasan teman sejawat, puluhan makmum, dan tak terhitung orang-orang yang meluangkan waktu memberikan salam mereka untukmu.
Aku dan mereka mungkin tak menangis, tapi kami tau batin kami tersedu haru.
Maafkan aku yang tak sempat menjengukmu di Ramadhan taun lalu. Maafkan aku yang tak bisa menjadi generasi idamanmu. Maafkan aku untuk segala sikapku yang kurang berkenan terhadapmu.
Selamat jalan, mbah Dalari. Semoga engkau tenang di sisi-Nya, semua amalmu diterima, dan semua dosamu diampuni.
Semoga kami menjadi anak-cucumu yang mampu menjadi tambahan amalan bagimu..
Kami semua mencintamu. Juga kehilanganmu.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiuun.
Published with Blogger-droid v1.7.4
No comments:
Post a Comment