Ini tulisan saya ketika masih di kantor menunggu bos yang tak kunjung pulang. Ketika lelah menyapa, kedua pasang kelopak mata merindu bertemu, dan batere hape telah tersiksa dalam sakaratul maut.
Saya termasuk orang yang kurang suka kepura-puraan. Oke, dalam kata lain, akting. Pernah liat Sister Act? Judulnya saja sudah keliatan palsunya. Jadi saya sudah nebak isi filemnya apa. Kepalsuan. Terus, akting. Acting. Memalsukan. Memura-murakan.
Pernah baca novelnya Hamsad Rangkuti yang judulnya Panggilan Rasul? Itu novel terjujur yang pernah saya baca. Jauh dari akting. Pesan moral yang saya tangkap, mungkin akan sama dengan apa yang juga anda dapat. Meski banyak yang tidak. Tapi tak apa. Saya suka kita berbeda. Karena bibit kita tak sama. Untuk apa menyamakan yang sudah beda?
Emansipasi wanita. Penyetaraan hak? Oh, Tuhan.. Kenapa sih harus ada? Bukankah dua jenis spesies Homo Sapiens itu sudah diberikan hak yang berbeda? Salah satu lebih istimewa dari lainnya. Tiga dibanding satu. Kenapa yang tiga harus disetarakan dengan yang satu? Itu namanya degradasi!
Saya terlihat menggerundel? Memang. Saya sebal dengan ucapan orang-orang yang menuntut penyetaraan itu. Kenapa wanita harus sama dengan lelaki? Kenapa lelaki harus sama dengan wanita? Gimana kalo nanti semua wanita bercelana panjang, duduk ngangkang, berotot kekar, dan pria bergincu, beranting, dan kemayu? Mau?
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari)
23:27. Dan saya masih belum pulang. Kerja apa saya ini sebenarnya? -_______________-"
No comments:
Post a Comment