Wednesday 24 April 2013

Cinta dan Milik

Seorang temen ngirimi aku gambar ini
.


... dan aku langsung menyanggah.

Tentu saja, mencintai haruslah memiliki. Agak sedikit absurd kalo mencintai tapi nggak memiliki. Dan percayalah, aku cukup pengalaman untuk masalah-masalah absurd gitu..

Mencintai haruslah memiliki.

Itu sebuah keharusan. Perkara apa yang dimiliki, itu keleluasaan. Bisa jadi pemikirannya, ide-idenya, bagian dari pemberiannya, visinya, doa-doanya, canda tawanya, atau bahkan kenangan bersamanya.

Rasulullah, kita semua mencintainya. Bahkan Michael Hart -yang notabene bukan muslim- menempatkan nabi terakhir ini dalam peringkat satu orang yang paling berpengaruh di dunia. Kira-kira, apa yang mendasarinya mendudukkan sang Rasul pada posisi itu? Tentulah cinta. Tanpa cinta, yang tulus, mustahil Hart bisa begitu obyektif. Begitupun kita. Kita mencintainya, kita memilikinya.

Abu Abdullah Muhammad Ibnu Musa al Khawarizmi, tanpa sadar kita mencintainya. Kita sering menggunakan hasil pemikirannya. Siapa dia? Mungkin tak familiar. Tapi bagaimana dengan Aljabar? Ya, Ibnu Musa-lah yang menulis "Al-kitaabul muhtasar fi hisabul-jabar wal-muqabala", buku yang memuat dasar-dasar aljabar. Tak terasa, kita begitu mencintai Ibnu Musa. Laptop, PC, smartphone, banyak hal lain yang berfungsi menggunakan bahasa matematika, bahasa aljabar. Kita memilikinya. Kita mencintainya.

Sultan Hamengku Buwono IX, wakil presiden kedua republik ini, dicintai oleh banyak rakyatnya. Kira-kira apa yang dimiliki oleh rakyatnya dari sang sultan? Mungkin salah satunya cinta. Cinta yang berbalas cinta. Dulu, Universitas Gadjah Mada yang masyhur itu tidaklah berada di Bulaksumur seperti sekarang ini, melainkan di dalam lingkungan keraton. Sultan-lah yang menyediakan fasilitas pendidikan (yang amat mewah pada waktu itu) untuk para akademisi di tengah gegap gempita perang melawan penjajah. Maka, kini para rakyatnya, para civitas akademika UGM berutang kepada Sultan. Utang cinta. Cinta yang dimiliki.

Dan... mencintai mestilah memiliki.
Kita memiliki cinta itu.
Kita memiliki bagian dari yang kita cintai.
Kita memiliki doa-doa untuk yang kita cintai.
Kita mencintai. Kita memiliki.

Saturday 6 April 2013

Disleksia




Pernahkah putra putri Anda mengeluh kepada Anda bahwa ia susah membaca? Atau ia sering mengadu kepada Anda dia sering jadi bahan olok-olok di sekolah karena sering ditegur guru? Atau Anda cemas, di usia 9 atau 10 tahun sang anak masih belum bisa memakai baju dan sepatu sendiri? Ataukah Anda merasa jengkel tulisan sang anak sering terbolak-balik meski terus diajari? Ada apa dengan anak yang seperti ini? Apakah ia bodoh?

Jangan terburu membuat kesimpulan, apalagi memvonis bodoh. Ada banyak hal penyebab yang mengakibatkan si kecil seperti itu. Salah satu penyebabnya, mungkin saja ia terkena sindrom disleksia.

Disleksia (bahasa Yunani; dys-: "ketidakmampuan" dan lexis: "huruf" ) adalah gangguan yang terjadi pada kemampuan otak mengenali dan memproses simbol-simbol tertentu yang mengakibatkan terjadinya gangguan membaca dan menulis seorang anak.  Federeasi Neurologi Dunia mendefinisikan disleksia sebagai "suatu kelainan yang  teramasuk didalamnya kesulitan untuk belajar membaca walaupun dengan adanya instuksi umum, kecerdasan yang memadai dan interaksi kesempatan sosial budaya."

Gejala umum yang biasanya ada pada penderita disleksia antara lain adalah kesulitan membaca kalimat yang agak panjang; kesulitan menulis dan membedakan huruf yang mirip, seperti ‘b’ dan ‘d’; kesulitan mengikuti instruksi berurutan dan kontinyu, misalnya “sehabis pulang sekolah, lekas ganti baju, cuci tangan, makan siang, lalu tidur siang ya..”; kesulitan menakar jarak dan kecepatan; dan mudah tersinggung - pada akhirnya akan depresi (akibat sering mendapat olok-olok) dan bisa lebih fatal.

Bisakah disleksia disembuhkan? Saya sendiri belum pernah menemukan berita atau artikel yang menyebutkan bahwa disleksia bisa disembuhkan, karena menurut beberapa ahli, disleksia bukanlah penyakit. Namun, penderita disleksia bisa memperbaiki kekurangan mereka dengan melakukan pelatihan dengan metode tertentu dan niat kuat. Metode perawatan disleksia biasanya berbeda satu dengan lain, melihat kondisi penderita. Selain itu, perawatan sebaiknya bersifat privat dan intensif.

Berapa banyak penderita disleksia? Penderita sindrom ini berkisar 5-10 persen penduduk dunia, meski belum pernah ada data resmi yang mencatat itu karena disleksia susah-susah gampang untuk dikenali. Apakah penderita disleksia adalah seorang yang bodoh? Biasanya, bukan. Kecerdasan mereka normal. Bahkan ada beberapa yang di atas rata-rata. Meskipun mereka mempunyai kekurangan dalam membaca menulis, beberapa penderita disleksia dikaruniai anugerah kemampuan artistik, sastrawi, dan spasial yang tinggi. Beberapa penderita disleksia yang menjadi tokoh dunia adalah Leonardo da Vinci, Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Agatha Cristie, Winston Churchill, Whoopi Goldberg, Walt Disney, Magic Johnson, dan Tom Cruise.

Saat ini, kesadaran atas disleksia sedang berkembang di dunia luas, mengingat penderita disleksia yang tidak mendapat perhatian perawatan yang benar biasanya akan mengalami trauma psikis dan ketidakpercayadirian. Beberapa kampanye dan fakta tentang disleksia bisa didapat di www.dyslexia.org.uk. Untuk penggemar film, setidaknya ada tiga film yang bisa menjadi gambaran tentang disleksia, “Taree Zameen Par” dari ranah Bollywood dan “Juli di Bulan Juni” serta “Ikhsan, Mama I Love You” karya anak negeri.

Thursday 4 April 2013

Kau

Seminggu ini lagi seneng lagunya teh Nicky. Judulnya Kau. Iya, Kau.




Karena kau kau kau egois...
Mengapa kau kau kau terlupa romantis...

Yeaaaah... :D

Padamu Diriku Tak Pernah Coba Memahami Hatimu
Padamu Diriku Terlalu Membuat Gelisah Selalu
Padamu Diriku Senantiasa Mengekang Kebebasanmu
Padamu Diriku Tak Ikhlas Bernaung Dalam Percintaan
Engkau Terbelenggu
Padaku Dirimu Tak Pernah Menilai Kasih Dan Kasih Sayangku
Padaku Dirimu Sengaja Membuat Kuresah Melulu
Padaku Dirimu Terlupa Berkata Kucinta Padamu
Padaku Dirimu Terlalu Menilai Kesilapanku
Karena Kau Kau Kau Terlalu Egois
Mengapa Kau Kau Kau Terlupa Romantis
Terlalu Kau Kau Kau Menyayangi Aku
Sehingga Kau Kau Kau Menjadi Cemburu
Di Kala Aku Masih Mencintaimu
Aku Masih Setia Padamu
Usah Engkau Gamit Jemariku Untuk Cinta Suci
Usah Biarkan Kerut Mendekati Di Jiwamu

Monday 1 April 2013

Nyanyi Ngaji, Ngaji Nyanyi


Dulu, waktu masih kecil, sering nyanyi lagu ini waktu ngaji. Alhasil, sampe sekarang, waktu hampir mau punya anak kecil, masih nget aja lagunya. :D

Yuk nyanyi..


Siji loro telu astane sedeku,
mirengake Pak Guru,
Menowo didangu,

Papat nuli limo dik,
Lenggahe sing toto,
Ojo pada sembrono mundhak ora bisa;

Bocah Cilik-cilik,
Jejer tarik-tarik,
Sandhangane resik,
tumindak-e becik,

Alloh iku siji tanpo konco,
tanpo garwo lan ora peputro,
tanpo bopo lan ibu wes cetho,
yoiku gusti Alloh kang nyoto

Islam agamaku,
Allah pengeranku,
Muhammad nabiku,
Al-Qur’an kitabku….

Aku biso nulis,
Arab Jowo wasis,
ngaji iyo uwes,
nanging durung titis...
Alloh iku siji tanpo konco,
tanpo garwo lan ora peputro,
tanpo bopo lan ibu wes cetho,
yoiku gusti Alloh kang nyoto

Saturday 23 March 2013

Palsu Atau Tidak

 Beberapa hari belakangan, yang punya blog ini sedang suka ngamatin iklan. Beberapa yang menarik perhatian adalah iklan susu bayi. Susu. Es u es u. Susu. Iya, susu bayi.

Ada yang menarik. Beberapa iklan susu menampilkan anak kecil sebagai peran utamanya dan anak besar sebagai peran pembantu pendukung. Katakanlah iklan susu Dan*cow, S*GM. dan O*reo. Yang terakhir emang bukan asli susu. Tapi di sana kan ditampilin susu. :D





Iklan tersebut dibuat menarik. Seolah-olah menunjukkan sisi cerdas si anak dan ada adegan si anak minum susu merek itu. Jadi kaya si anak itu pinter karena minum susu itu.

Berlebihan? Ya, kalo kita tau, susu emang penting buat pertumbuhan. Tapi kalo nganggep susu apalagi susu pabrikan adalah faktor utama... mohon maaf, yang punya blog ini nggak punya tuh pikiran macem gitu.

Terus, di iklan itu, digambarkan si anak bisa ini bisa itu melebihi kecerdasan anak-anak seusianya. Wajar? Yaaaa, kalo suara anak nggak di-dubbing dan adegannya natural sih, wajar. Lha kalo suara aja di-dubbing terus adegan seperti dipaksakan, ya keliatan aja nggak jujurnya.

Yang punya blog ini masih inget pelajaran SMP tentang seni. Reklame (re: ulang; clamo: manggil) adalah cara untuk menarik minat pembeli. Pelakunya reklame tentu penjual. Reklame ditujukan untuk memberipahamkan kepada khalayak tentang apa yang dijual. Penjual yang baik tentu jujur dalam menjual dan memasarkan produknya. Apa adanya. Barely. Naked. Seperti susu tadi. Putih, bergizi, cair. Ya apa adanya.

Apa hubungan sama iklan susu tadi? Gini maksudnya. Kalo memang itu produk bisa mencerdaskan anak di usia tertentu, buktikan. Pakailah iklan dengan seorang anak yang benar-benar memakai produk itu dari kecil sampai usia tertentu, dan mari kita lihat apa yang BENAR-BENAR bisa dilakukannya. Kemudian gambarkan tentang kecerdasan si anak tadi tanpa rekayasa yang merusak etika. Kalo si anak udah bisa ngomong lancar, gambarkan tanpa dubbing. Kalo si anak bisa angkat-angkat dan nyusun balok2 sendiri, gambarkan tanpa editing. Kalo si anak bisa ngajak anak lain untuk bekerja sama, gambarkan tanpa compromizing. Rebut kepercayaan orang banyak tanpa rekayasa.

Berusahalah buat jujur. Seperti Rasulullah yang jujur dalam perniagaannya.
Sesungguhnya telah ada pada diri Muhammad teladan yang baik.

Sebagai penutup, yang punya blog ini berpesan:
Pinter-pinterlah belanja.



PS: Air putih adalah air susu. Jadi kalo ditawarin minum dan bilang 'air putih' tapi yang dikasih adalah air bening, tolak aja.. XD